Mutiara Sunnah Dalam Bermuamalah Dan Rahasia Dagang Penuh Barakah

Dari ‘ Abdullah bin ‘ Umar radhiallahu ‘ anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, “ Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah ( terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat ( nanti) .” HR Ibnu Majah ( no. 2139) , al-Hakim ( no. 2142) dan ad-Daraquthni ( no. 17) , dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi ada hadits lain yang menguatkannya, dari Abu Sa’ id al-Khudri radhiallahu ‘ anhu, HR at-Tirmidzi ( no. 1209) dan lain-lain. Oleh karena itu, hadits dinyatakan baik sanadnya oleh imam adz-Dzahabi dan syaikh al-Albani ( lihat “ ash-Shahiihah” no. 3453) .
 “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan kelak pada Hari Kiamat sebagai orang-orang fajir (jahat), kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.” (HR. At-Timizy, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani)
Barangsiapa menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim)
“Sungguh setelah kalian kelak, akan ada generasi yang terbiasa berkhianat dan tidak dapat dipercaya. Mereka mudah bersaksi, padahal mereka tidak diminta untuk bersaksi, dan mereka mudah bernazar, namun ternyata tidak memenuhi nazarnya. Sebagaimana di tengah-tengah mereka banyak ditemukan orang-orang gemuk (karena berlebih-lebihan ketika makan dan minum).” (Muttafaqun ‘alaih)

Rahasia Dagang Penuh Barakah

Allah Swt berfirman,
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”. (Q.S. Hud 11 :  6)
Umar bin Khattab ra berkata bahwa jika engkau ingin tahu kepemimpinan seperti apa yang ada di sebuah daerah, maka lihatlah amalan di Pasar dan di Masjid. Apakah banyak terjadi riba di dalam pasar-pasar?
Umar bin Khattab ra pernah menggariskan bahwa jika suatu daerah uangnya (dinar & dirham) sudah tak sesuai lagi kadar (kemurnian) dan timbangan (berat)-nya, maka ketahuilah masyarakat di tempat itu sedang mengalami kesempitan besar dan berada di bawah kepemimpinan yang bobrok, tak lama lagi akan runtuh.
Realita Pedagang dan Pasar
  1. Produk :  produk haram/najis, dicampur antara yang baik dan buruk, diberi zat tambahan agar lebih berat timbangannya dll
  2. Penawaran :  dusta, sumpah palsu, menutupi cacat barang, menawarkan dengan harga tinggi dll
  3. Transaksi :  pengurangan timbangan/ takaran,  tawar menawar yang alot,  pencampuran akad,  khiyar (pembatalan) yang melanggar syar’i dll
Pengertian Berkah
1. Menurut bahasa
Makna barakah adalah az-ziyadah (pertambahan)  dan an-nama’ (pertumbuhan)
2. Menurut Syara’
- Banyak kebaikan :  mendapatkan banyak  pahala dan keluasan rizki
- Banyak memberikan manfaat
- Ada ulama yang mengatakan bahwa keberkahan langit adalah pengabulan doa. Sedangkan
keberkahan bumi adalah terpenuhinya kebutuhan
Keberkahan itu Milik Siapa?
—  Orang yang mendapatkan berkah akan bahagia di dunia dan akhirat.
—  Keberkahan ini tidak akan dilimpahkan kecuali kepada orang yang beriman.
—   Berbeda dengan hujan, tumbuhan, kesehatan, harta yang juga dilimpahkan kepada orang kafir adalah sebagai bentuk istidraj (penarikan berangsur-angsur ke arah kebinasaan) dan makar terhadap mereka.
Hal-hal yang Mendatangkan Barakah
1.  Bersegera dalam mencari ilmu dan rizki
2.  Jujur dalam berjual beli
3.  Dagang dan safar dalam rangka mengais rizki
4.  Mendapatkan harta dengan kemurahan hati
1. Bersegera dalam mencari ilmu dan rizki
—  Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar bersegera dalam mencari ilmu dan rizki
—  Rasulullah Saw bersabda, “Umatku diberkahi di awal pagi mereka”.(HR Ath-Thabrani)
—  Beliau menganjurkan umatnya agar bangun di waktu fajar dan segera bekerja
—  Rasulullah Saw bersabda, “Berpagi-pagilah dalam mencari rizki! Sesungguhnya waktu pagi adalah berkah dan kesuksesan”.(HR Al-Bazzar & Ath-Thabrani)
—  Rasulullah Saw mendoakan umatnya yang bangun pagi & bersegera dalam mencari ilmu & rizki
—  Rasulullah Saw bersabda, “Allahumma baarik li ummatii fii bukuuriHa (Ya Allah berkahilah umatku di awal pagi mereka)”. Perawi berkata, “Bila memberangkatkan ekspedisi atau pasukan, beliau memberangkatkan di awal pagi. Shakr adalah seorang pedagang. Bila ia memberangkatkan ekspedisi dagangnya, juga di pagi hari. Maka ia menjadi kaya dan melimpah hartanya”. (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud & Tirmidzi)
Orang yang Terlambat Bangun
—  Allah menyebut orang yang terlambat bangun tidur sehingga terbit matahari sebagai : orang yang lalai, hilang tanggung jawabnya, terlambat pekerjaannya dan terhalang mendapat angin segar pagi serta keluasan dan kelapangan rizki
—  Rasulullah Saw memperingatkan dan melarang kaum muslimin dari keterlambatan bangun tidur
—  Al-Ma’mun berkata, “Manusia itu ada 4 golongan yaitu amir (pemimpin), pedagang, pengrajin (produsen) dan petani. Siapa yang tidak menjadi salah satu dari mereka maka akan menjadi beban mereka”.
2.  Jujur dalam berjual beli
—  Dengan kejujuran dalam berjual beli maka akan diberkahi tapi bila ada dusta maka dihapuslah keberkahannya
—  Rasulullah Saw bersabda, “Jual beli itu dengan memilih, selama keduanya belum berpisah (hingga keduanya berpisah). Bila keduanya jujur dan saling menjelaskan maka jual beli keduanya akan diberkahi. Namun jika keduanya menyembunyikan (cacat dagangannya) dan berdusta maka akan dihapuslah berkah jual beli keduanya”. (HR Bukhari & Muslim)
—  Jujur merupakan kunci kebaikan dan keberkahan.
—  Rasulullah Saw menjanjikan bahwa pedagang yang jujur tidak akan melarat
—  Rasulullah Saw bersabda, “Tidak akan melarat pedagang yang jujur”.
—  Sedangkan dusta akan mencabut berkah, mengurangi rizki serta mendatangkan kesempitan dan kemelaratan.
—  Rasulullah Saw bersabda, “Dusta akan mengurangi rizki dan doa dapat menolak takdir (buruk)”. (At-Targhib wat Tarhib, al-Mundiri 3/597)
Buah Kejujuran
—  Mendatangkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya
—  Jujur akan menyelamatkan, menunjukkan jalan kepada kebaikan, menambahkan cahaya pada seorang muslim
—  Menyeru kepada khusnul khatimah dan memasukkan pelakunya ke dalam surga
—  Di akhirat pedagang yang jujur akan berdampingan dengan para Nabi dan shiddiqin
Kemuliaan Pedagang yang Jujur
—  Rasulullah Saw bersabda, “Pedagang yang jujur amanatnya kelak di hari kiamat bersama-sama para nabi, shiddiqin dan para syuhada”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
—  Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ bahwa Nabi Saw pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?”.
—  Beliau bersabda, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR. Al-Bazzar, Hadits shahih menurut Hakim)
Bahaya Dusta
—  Seorang pendusta cenderung berbuat kerusakan, cinta kejahatan dan kemaksiatan
—  Setiap kedustaan bertambah maka bertambah pula noktah hitam pada hatinya serta nampak tanda kemunafikan dan gemar menipu pada wajahnya
—  Keimanan seorang pendusta akan terus berkurang dan melemah hingga menjadi usang
—  Rizki seorang pendusta akan sempit, hidupnya keruh, fikirannya kotor,  hatinya sakit,  jiwanya resah dan keluarganya akan terus berada dalam kefakiran
—  Allah murka kepada seorang pendusta, mengharamkannya dari melihat keagungan dan kebesaran-Nya serta menikmati naungan-Nya.
Kejujuran Imam Abu Hanifah rh
—  Dari ‘Ali bin Hafsh Al-Bazar, ia berkata, “Dulu Hafsh bin Abdurrahman adalah rekan bisnis Abu Hanifah. Abu Hanifah rh menyediakan barang untuknya, lalu beliau mengirim serombongan kafilah membawa barang dagangan.
—  Beliau memberitahu bahwa pada baju yang ini dan itu terdapat cacat. Maka jika anda ingin menjualnya terangkanlah kepada pembeli. Setelah itu Hafsh pun menjual barang-barang tadi dan ia lupa menerangkan serta tidak ingat lagi kepada siapa ia jual barang tadi.
—  Tatkala Abu Hanifah rh mengetahui hal itu, beliau mensedekahkan seluruh harga barang-barang tadi”. (Tarikh Baghdad 13/358)
Kisah Seorang Pedagang Jujur
—  Al-Asyaj Ash-Shaidalani berkata, “Ada seorang laki-laki melewatiku. Ia melihat sedikit pembeli di sekitarku dan banyaknya mereka di selainku.
—  Ia berkata, ‘Apakah kamu ingin agar para pembelimu banyak dan baik keadaanmu?’.
—  Aku menjawab, ‘Ya’
—  Ia melanjutkan, ‘Jujurlah dan bersabarlah setahun! Sebab, jujur akan malu kepada dirinya sendiri untuk memperlambatmu lebih dari setahun’
—  Akupun mempraktekkannya, maka banyak pembeli berdesakkan di warungku
—  Laki-laki itu lewat lagi dan ia melihat banyaknya pembeli di sekitarku
—  Ia berkata, ‘Waspadalah, jangan hanya bersandar kepada kejujuran yang kamu samarkan kepada mereka, lalu nafsumu menyerumu untuk melipatgandakan keuntunganmu pada hari ini!
—  Sesungguhnya apabila kamu kembali berbuat dusta maka kamu akan bertambah rugi’
—  Aku pun senantiasa menerima nasihatnya. Kemudian orang itu lewat lagi setelah beberapa tahun.
—  Ia berkata, ‘Laba sedikit diiringi banyak pekerjaan lebih beruntung daripada banyak untung namun sedikit pekerjaan’.”
(Muhadharat al-Udaba’, ar-Raghib al-Ashfahani 1/466)
3.  Dagang dan safar dalam rangka mengais rizki
—  Berkah itu tidak akan datang kecuali dengan amal shalih, diantaranya dagang dan safar (perjalanan) dalam rangka mencari rizki
—  Allah Swt berfirman, “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya”. (Q.S Al Mulk 67 : 15)
—  Umar bin Khattab ra berkata, “Jangan ada salah seorang diantara kalian duduk berdiam diri tidak mencari rizki lalu berkata, ‘Ya Allah karuniakan rizki kepadaku’.
—  Kalian tahu bahwa langit tidak menurunkan hujan emas (dinar) dan perak (perak)”.
—  Abdullah bin Mas’ud ra berkata, “Aku sungguh benci melihat laki-laki menganggur, baik dalam urusan dunia maupun dalam urusan akhirat”.
—  ‘Bergerak’ adalah penyuburan rizki yang mandul (agar tumbuh subur).
—  Diriwayatkan dari Nabi Musa as, “Bepergianlah dan harapkanlah keberkahan dalam safar kalian! Sesungguhnya aku telah bersafar dan aku tidak pernah mengharap setiap apapun yang datang kepadaku”.
—  Maka hendaklah kita selalu aktif bergerak sebab dalam keaktifan itu ada berkahnya
4.  Mendapatkan harta dengan kemurahan hati
—  Ridha dengan pembagian Allah termasuk bukti keimanan.
—  Demikian juga tidak ambisius dalam mengeruk harta menyebabkan turunnya berkah
—  Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya harta itu hijau dan menyenangkan. Siapa saja mendapatkannya dengan kemurahan hati maka ia akan mendapatkan berkah.
—  Adapun siapa saja yang mendapatkannya dengan meminta-minta maka ia tidak akan mendapatkan berkah layaknya orang yang makan namun tidak pernah kenyang”. (HR Bukhari 3/335)
Arti ‘Murah Hati’
—  Al-Hafizh Ibnu Hajar rh berkata, “Maksud ‘kemurahan hati’ yaitu dengan tanpa keburukan dan terus mendesak.
—  Atau seseorang memintanya dengan tanpa meminta bagi yang mengambil (penjual)
—  Sedangkah kemurahan hati bagi yang memberi (pembeli) yaitu kelongggaran hatinya terhadap sesuatu yang diberikannya”.
Efek dari Murah Hati
—  Penjual akan betul-betul memperhatikan kualitas dan efisiensi produk dengan harga yang sesuai (layak)
—  Penjual akan memberikan solusi terbaik bagi pembeli (bukan memaksakan produk)
—  Akan terbentuk hubungan antara penjual dan pembeli yang saling percaya satu sama lain
Murah Hatinya Rasulullah Saw Sebagai Pembeli
—  Dari Jabir bin Abdullah ra , bahwasanya Nabi Saw pernah membeli onta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). (HR. Bukhari 4/269 dan Muslim 3/1223)
—  Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais ra dia berkata, “Saya dan Makhramah Al-Abdi memasok (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi Saw mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi Saw  memerintahkan tukang timbang tadi, “Timbanglah dan lebihkan !” (HR. Abu Dawud 3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majah 2200)
Murah Hatinya Yunus bin ‘Ubaid rh Sebagai Penjual
—  Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki dari penduduk Syam, tepatnya dari pasar Al-Khazazi, ia berkata, “Ini kain mutharrif (sejenis sutera berbentuk persegi dengan corak tertentu) seharga 400?”. Yunus bin ‘Ubaid berkata, “Kita jual seharga 200 saja”.
—  Tak lama kemudian, terdengarlah muadzin mengumandangkan adzan, Yunus pun beranjak pergi ke tempat Bani Qusyair untuk melaksanakan shalat berjama’ah bersama mereka.
—  Begitu usai, beliau kembali dan ternyata keponakannya telah menjual kain tersebut seharga 400. Yunus berkata, “Uang apa ini?”. “Kain mutharrif tadi yang kita jual kepada lelaki itu”, jawab keponakannya.
—  Yunus berkata lagi, “Wahai hamba Allah, mutharrif yang kusodorkan kepada Anda seharga 200 dirham, kalau Anda mau silahkan mengambilnya dan ambil juga yang 200 lagi dan kalau tidak mau, silahkan tidak diambil”. (Hilyatu ‘l-Auliya’, 3/15)
Murah Hatinya Yunus bin Ubaid rh Sebagai Pembeli
—  Bisyr bin Al-Mufadhal berkata, “Seorang wanita datang membawa selembar kain sutera yang ia tawarkan kepada Yunus bin ‘Ubaid agar dibeli. Ia bertanya kepada wanita tersebut, “Berapa harganya?”. “60 dirham”, jawab wanita itu.
—  Barang itu oleh Yunus disodorkan kepada budaknya sambil berkata, “Bagaimana menurutmu?”. “Ini seharga 120 dirham”, jawabnya. “Menurutku juga segitu harganya atau mendekati itu”, kata beliau.
—  Yunus berkata lagi, “Pulanglah dan minta pertimbangan kepada keluargamu untuk menjualnya seharga 125 dirham”. Wanita itu menjawab, “Mereka sudah menyuruhku untuk menjualnya seharga 60 dirham”. Yunus berkata lagi, “Pulang dan bermusyawarahlah kembali dengan keluargamu”. (As-Siar 6/290 dan Hilyatul Auliya’ 3/16)
Muhammad bin Al-Munkadir Salah Kasih Harga
—  Budaknya keliru menjual kain kepada seorang Arab Badui yang seharusnya 5 dirham dijual 10 dirham. Beliau langsung mencari orang Arab Badui ini sampai ketemu kemudian berkata, ”Budak saya keliru, Anda membeli kain seharga 5 dirham”.
—  Orang badui berkata, ”Oo, tapi saya rela kok!”. Beliau menjawab, ”Walaupun anda rela namun kami tidak rela mendapatkan sesuatu kecuali kamipun rela jika itu terjadi pada diri kami”.
—  “Anda boleh memilih, anda mengambil kain seharga 10 dirham atau kami mengembalikan uang anda 5 dirham atau transaksi ini dibatalkan”. Muhammad bin Al-Munkadir mengembalikan uang 5 dirham milik orang Badui itu dan orang Badui itupun melanjutkan perjalanannya.
Hal-hal yang Menghapus Keberkahan
1.  Riba
2.  Berkhianat dalam menakar dan menimbang
3.  Serakah, tamak dan berhasrat kepada dunia
4.  Banyak dosa dan maksiat
5.  Tidak jujur dan bersumpah palsu
6.  Mengumpulkan harta yang haram
7.  Malas dan ogah-ogahan dalam mencari rizki dan berusaha
Semoga bermanfaat ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar